Suasana pertemuan Komisi I dengan pihak Awal Bros Panam. (foto: ram)
Komisi I DPRD Kota Pekanbaru memanggil manajemen RS Awal Bros Panam, Senin (11/1/2016), terkait keluhan warga buruknya pelayanan di rumah sakit tersebut. Bahkan di ujung-ujung rapat, Komisi I sempat melontarkan kata-kata agar RS Awal Bros ini ditutup sementara operasinya.
"Jika ini tidak diselesaikan, kita minta operasionalnya ditutup dulu," ungkap Anggota Komisi I DPRD Kota Pekanbaru Ida Yulita Susanti dalam rapat tersebut.
Pernyataan ini muncul terkait masih banyaknya pelanggaran dan juga buruknya pelayanan yang diberikan RS Awal Bros yang beroperasi di Kecamatan Tampan ini. Bahkan para Anggota DPRD Kota Pekanbaru di Komisi I juga merasakan langsung bagaimana buruknya pelayanan di RS Awal Bros Panam ini.
"Saya merasakan sendiri, saat keluarga saya melahirkan di sana, tidak ada pelayanan yang bagus. Saya juga mengantarkan masyarakat berobat ke sana juga tidak bagus. Pas sampai baru membuka pintu mobil, security datang dan langsung menggleda saya seperti rampok saya dibuatnya," kata Ida lagi.
Menurutnya, keberadaan RS Awal Bros Panam juga belum memenuhi standar pelayanan umum, dimana sampai saat ini masih belum memiliki masjid atau mushalla dan menumpang di masjid yang ada di depan RS Awal Bros milik masyarakat sekitar. Menjengkelkan lagi, kata Ida, ternyata RS menggunakan halaman masjid untuk tempat parkir kendaraan pasien dan itu diakui pihak rumah sakit dalam rapat.
"Sekarang ibu menambah satu lantai lagi, sedangkan yang ada saat ini saja ibu tidak memiliki tempat parkir. Kami merasa aneh, kenapa izin rumah sakit ini bisa keluar padahal belum lengkap seperti ini. Kami akan memanggil Dinas Kesehatan dan BPTPM mengapa izinnya bisa keluar," ujarnya kepada Manager Pelayanan dan Penanggung Jawab RS Awal Bros Panam dr Dian MW Ali dalam rapat.
Bersama dr Dian, hadir pula dalam rapat ini dari managamen RS Awal Bros diantaranya dr Chacha sebagai Manager BD, Syafri, dr M Eriex F Suka, dan Budi Setiawan sebagai staff K3 dan Konseling. Sementara dari Komisi I rapat dipimpin oleh Sekretaris Komisi I Maspendri, dihadiri Ketua DPRD Sahril SH, Anggota Komisi I Ida Yulita Susanti, Eri Sumarni, Tarmizi Akhmad, Nasruddin Nasution, dan Sri Rubiyanti.
Kepada komisi para managemen RS Awal Bros memaparkan prosedural pelayanan yang ada di rumah sakitnya, namun pemaparan panjang lebar ini membuat anggota Komisi I mengamuk karena dinilai sangat bertentangan dengan fakta di lapangan.
"Yang ibu sampaikan itu teorinya sudah bagus. Fakta di lapangan tidak seperti itu. Misalnya pelayanan pasien BPJS saya sudah rasakan sangat tidak transparan. Masalah masjid itu wajib RS membantu, banyak pasien parkir di masjid. Masjid tidak hanya punya masyarakat di sekitar situ namun punya masyarakat kecamatan Tampan dan didanai pemerintah, tidak bisa leluasa ibu gunakan," kata Ida lagi.
"Maka dari itu, ketika izin RS Awal Bros ini lolos, patut kami pertanyakan Diskes dan BPTPM, ada apa dengan mereka kok belum ada fasilitas diloloskan," sambungnya lagi.
Ida juga memaparkan panjang lebar pengalamannya berkali-kali berobat di RS Awal Bros, pelayanannya sangat buruk, pasien sakit yang berkunjung untuk berobat tidak akan sehat karena baru sampai rumah sakit, psikisnya sudah diserang.
"Komplen itu kan hak pasien, saya sudah mengalami sendiri. Ternyata dioper-oper. Antara SOP yang disampaikan tadi dengan fakta sangat berbeda. 250 ribu jiwa di Tampan wajar banyak pasien di RS Awal Bros, bukan karena pelayanan bagus tapi karena memang ini daerah paling banyak warganya di Pekanbaru dan rumah sakit yang ada saat ini baru Awal Bros," tutur Ida lagi.
Kemudian dipaparkannya mengenai parkir, Ida mengaku berobat ke RS Awal Bros namun saat akan pergi dari rumah sakit ditagih Rp60 ribu.
"Kalau pasien kan biasanya gratis, ternyata parkir Rp60 ribu. Biaya parkir perlu dimaksimalkan. Parkir di masjid.
Satpam juga diperiksa SOP-nya, seperti merampok kita dibuatnya," kata Ida lagi dengan nada tinggi.
Pernyataan ini dijawab Manager Pelayanan dan Penanggung Jawab RS Awal Bros Panam dr Dian MW Ali. Menurutnya, mobil terdaftar sebagai pasien seharusnya tidak ada bayar. "Ini akan menjadi catatan kami," katanya.
Mengenai keluhan Ida dalam rapat juga menyesalkan saat ia tidak boleh membawa tikar untuk tidur di rumah sakit menemani saudaranya yang sakit, ternyata dicegat security. Menurut dr Dian, memang SOP di rumah sakit demikian.
"Peralatan dari luar memang tidak dibolehkan, tujuannya pengendalian infeksi di rumah sakit kita," jawabnya.
Kemudian Ida menegaskan, "Kalau tidak boleh bawa tikar terus yang menunggui orang sakit akhirnya akan sakit juga. Inikan tidak benar, yang disediakan kursi kecil untuk tidur, dari standar kesehatan apakah itu bagus," tanya Ida yang tidak dapat dijawab semua managemen RS Awal Bros yang akhirnya hanya angguk-angguk saja.
Kemudian pertanyaan disampaikan Anggota Komisi I Tarmizi Akhmad. Ia mengatakan bahwa RS Awal Bros hendaknya dapat meniru RS Malaka. Dimana pasien itu sembuh bukan karena obat namun pelayanan ramah si dokter dan rumah sakit akan membuat ringan penyakit yang diderita pasien.
"Ini (RS di Pekanbaru) tidak, menanyakan kemana pasien ditarok, dijawab pihak rumah sakit di kamar dekat orang yang meninggal tadi. Inikan membuat syok pasien, pelayanan itu harusnya lemah lembut," tegasnya disambut angguk-angguk para managemen RS Awal Bros.
Demikian pula dikatakan Anggota Komisi I lainnya Eri Sumarni, saat keluarganya cuci darah di RS Awal Bros, harus operasi dan membayar DP Rp9 juta. Kemudian dilakukan operasi dan cuci darah dua kali namun tagihan total Rp20 juta. Ternyata pasien ini terdaftar BPJS dan diajukan ke rumah sakit bahwa ini dibayar dengan BPJS.
"RS bilang tidak bisa karena terdaftar sebagai pasien umum. Kami diminta keluar dulu dari rumah sakit dan masuk lagi mendaftar sebagai pasien BPJS, ini kan tidak manusiawi, orng kritis perlu penyembuhan, harus keluar dulu. Ditelantarkan dulu. Jangan terlalu kaku dalam aturan, lebih kemanusiaan lah," pintanya.
Demikian pula Anggota Komisi I lainnya Sri Rubianti. Meminta agar RS Awal Bros dalam membuat kebijakan seharusnya dengan hati nurani. "Kebijakan itu ada timbang rasa. Komunikasi yang perlu. Peraturan jangan kaku. Perhatikan sisi kemanusiaan. Berikan jalan keluar terbaik buat pasien," jelasnya.
Kemudian terakhir Anggota Komisi I Nasruddin juga menegaskan agar RS Aal Bros tidak mengedepankan bisnis semata menjadi barometer. "Namun kedepankanlah pelayanan yang baik," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Ketua DPRD Kota Pekanbaru Sahril juga berpesan agar RS Awal Bros melakukan evaluasi kembali. Karena dari pemaparan panjang para Anggota Komisi I DPRD terbukti bahwa sangat buruk pelayanan RS Awal Bros, itu dirasakan kalangan DPRD belum lagi masyarakat biasa.
"Kalaulah masyarakat biasa kan kasihan. Satpam juga jangan berlagak seperti gengater, harusnya senyum," pungkasnya.
Menjawab semua apa yang disampaikan Komisi I dan Pimpinan DPRD Pekanbaru, dr Chacha mengakui kesalahannya karena managemen RS Awal Bros belum bisa melaksanakan amanah yang diberikan rumah sakit. Dimana katanya dari awal RS Awal Bros berkomitmen untuk melayani masyarakat dengan baik.
"Terimakasih diundang ke sini, sangat banyak masukan. Kami memang masih baru, saran dan masukkan ini akan kami laksanakan dengan baik. Kami minta pantau terus kami. Ini menjadi tolak ukur kami dalam pelayanan. Banyak PR-PR yang harus dilaksanakan," katanya.
Terkait rekomendasi penutupan sementara yang disampaikan Komisi I, Chacha berharap agar bisa diselesaikan dan dicarikan solusi agar pelayanan kesehatan di RS Awal Bros tetap maksimal dan dilakukan evaluasi di seluruh bidang.
"Kalau dari kami sih kalau bisa dikomunikasikan," pungkasnya sembari menjelaskan bahwa pihaknya mengakui semua apa yang disampaikan Komisi I dalam rapat itu. "Prodak barang saja ada cacat," tutup Chacha.
Sumber : http://datariau.com/
Silahkan Lihat Videonya Di bawah:
loading...
loading...
2 comments
Yang masalah ga boleh bawa tikar itu saya ngalamin sendiri.. 😅
Mungkin karena tikar dianggap bisa nyimpan debu mbak, saya jga pernah ngalamin