Marcel didepan rumahnya
Marcel (3,5th) menarik perhatian saat akun @ekasukmawati90 mem-posting video Marcel yang menyedihkan di Instagram-nya. Kepedulian tetanggalah yang membuat Marcel yang telantar bertahan hingga dirawat Dinas Sosial.
Dikutip dari detikcom, Marcel tinggal di sebuah rumah di Bugel Mas Indah Blok D2, Tangerang. Terlihat rumah yang ditempati Marcel sudah kosong. Dari depan, tampak rumah itu sudah 'tidak berbentuk' rumah.
Kondisi rumah Marcel foto detikcom
Keseluruhan penampakan depan rumah yang sejatinya bercat putih, baik tembok dan pagarnya itu, tampak kusam. Plafonnya sudah ambrol hingga terlihat kawat-kawat centang perenang dan papan tripleks mengelupas tak keruan.
Di dalam rumah, penampakan kusamnya semakin menjadi. Ada barang-barang rumah tangga seperti sepeda, TV tabung, kulkas, lemari, kasur yang sudah berhamburan isi busanya dan kucel seprainya, baju-baju dan kain berserakan plus bau apek yang menguar. Tak ada listrik, tak ada cahaya. Suram.
Kondisi rumah Marcel foto detikcom
Kondisi rumah Marcel foto detikcom
Penghuni rumah itu, Marcel, Soni (14) kakak Marcel, dan tantenya Desi (34) sudah dievakuasi ke tempat lebih baik oleh Dinas Sosial Kota Tangerang sejak Rabu (4/1) lalu. Demikian penuturan Tati Pratiwi, tetangga yang rumahnya persis terletak di sebelah kiri rumah Marcel.
"Sudah dibawa ke Dinas Sosial. Yang tinggal di rumah itu ada tiga orang: Sony, Marcel, sama bibinya Desi (34). Marcel anak paling kecil dari suami pertama ibunya. Umur Marcel sekarang 3,5 tahun, kalau Sony itu anak pertama, umurnya sekarang sudah 14 tahun," jelas Tati saat berbincang dengan detikcom.
Menurut Tati, ayah Marcel sudah meninggal. Sejak sang ayah meninggal, Marcel yang sejak lahir tinggal di rumah itu akhirnya ditinggalkan sang ibu, Anut Mariska (37). Dari 4 anak, Mariska hanya membawa anak kedua Reden (5) dan anak ketiga Chelsea (4,5).
Keterangan Tati itu juga dibenarkan Eriyanti (30), putri ketua RT setempat, yang rumahnya di sebelah Tati. Menurutnya, Mariska kini sudah menikah lagi.
"Ibunya punya anak 4, anak yang kedua sama ketiga dibawa. Ngaku sama suami barunya itu anaknya cuma ada dua. Nah, dua yang nggak diakuin ini tinggal sama bibinya itu, bibinya yang rada-rada nggak waraslah ya," tutur Eriyanti.
Sebenarnya, ayah Eriyanti saat itu sempat menanyakan kepada Mariska apakah sanggup merawat Marcel sekeluarnya dari rumah sakit setelah melahirkan. Saat itu Mariska mengatakan sanggup merawat anak bungsunya.
"Sudah buat surat pernyataan buat merawat, akhirnya suaminya yang kedua tahu kalau dia punya anak dua itu, dan setuju juga buat menyanggupi merawat," kisah Eriyanti.
Lantas, rumahnya yang ditempati Marcel sempat dirapikan oleh Mariska dan suami barunya. Kemudian, Marcel dan Soni ditinggalkan bersama tantenya. Mariska dan keluarga barunya tinggal di kawasan Kalideres. Saat Marcel baru dilahirkan, Mariska tetap berkunjung untuk mengontrol rumah dan anak-anaknya.
"Terus setelah itu 2 sampai 3 bulan ibunya ya sering datang ya, saat itu ibunya juga lagi hamil. Setelah melahirkan masih sempat datang, tapi lama-kelamaan nggak datang-datang lagi.
Marcel dan Soni akhirnya hanya ditinggal dengan tantenya, Desi, yang diduga memiliki penyakit jiwa. Hal ini lantaran dia dan warga kompleks sering mendapati Desi marah-marah tak keruan tanpa sebab. Perilaku Desi itu, lanjut Tati, mengubah perangai Marcel lantaran Desi disaksikan kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pada Marcel.
Marcel didepan rumahnya
Lain halnya dengan Soni. Sang kakak yang sudah beranjak remaja ini bisa berontak bila diomeli tantenya. Soni juga kerap bertemu ibunya, Mariska. Bila hendak bertemu, Soni mengaku kepada Eriyanti selalu bertemu ibunya di kawasan Kebon Besar dan meminta ongkos.
"Saya nggak tahu masalah sering ketemunya, tapi dari Soni dia ngakunya begitu. Dia juga suka minta ongkos sama saya, kadang Rp 5.000, kadang Rp 7.000. Terus saya bilang, 'Ngapain ketemu sama ibu kamu Son, adik kamu itu nggak butuh materi, dia butuh kasih sayang dan perhatian. Bukan cuma adik kamu yang dua itu saja yang perlu diperhatiin.' Nah, sering saya omelin seperti itu, reaksinya dia (Soni) cuma diam saja," tutur Eriyanti.
"Kalau dikasih mamanya uang, katanya paling buat makan, terus beli susu buat Marcel. Saya sih kurang tahu ya, dulu dia bilang ibunya pernah datang tapi malam. Tetangga nggak ada yang tahu, ya saya juga nggak tahu ya, namanya malam, mungkin karena mamanya takut atau bagaimana," imbuhnya.
Tati juga mendapati terakhir kali Mariska datang pada suatu malam sekitar tahun 2016 lalu. Saat itu, Mariska berjanji akan membawa dua anak yang ditinggalkannya.
Menurut Eriyanti, setahun lalu juga, Marcel pernah mengalami gizi buruk. "Sempat dirawat juga tapi nggak sampai ke Kemensos. Dulu kasusnya cuma sampai pihak puskesmas, kecamatan, kelurahan, RT, RW jadi masih bisa ditangani," jelasnya.
Sehari-hari, tetangga seperti Tati dan Eriyantilah yang peduli pada Marcel. Namun, karena ada tante yang suka marah-marah tanpa sebab itu, tetangga melihat situasi untuk menolong Marcel.
Kali ini, saat Marcel berada di luar rumah, seorang tetangga bernama Eka Sukmawati merekam Marcel, mendeskripsikan kondisinya dan mengunggahnya ke Instagram. Respons pun berdatangan. Banyak yang ingin membantu Marcel hingga akhirnya Dinsos Tangerang hingga Mensos Khofifah Indar Parawansa turun tangan.
"Terus ada tetangga saya ini, mungkin iseng atau gimana kali ya, Mbak Eka itu kan. Dia memang sering lewat, tapi yang tahu persisnya itu kan saya. Pas kasus pertama (gizi buruk) itu juga saya yang ngebawa ke RS. Sudah saya laporin dari tahun lalu. Saya seperti keluarga mereka itu, saya juga merasa anak saya juga banyak, orang tuanya nggak ada ekonomi, mungkin nggak keurus kali ya," tutur Eriyanti, yang bersyukur karena Marcel bisa dibantu karena kasusnya bergaung di media sosial.
Marcel (3,5th) menarik perhatian saat akun @ekasukmawati90 mem-posting video Marcel yang menyedihkan di Instagram-nya. Kepedulian tetanggalah yang membuat Marcel yang telantar bertahan hingga dirawat Dinas Sosial.
Dikutip dari detikcom, Marcel tinggal di sebuah rumah di Bugel Mas Indah Blok D2, Tangerang. Terlihat rumah yang ditempati Marcel sudah kosong. Dari depan, tampak rumah itu sudah 'tidak berbentuk' rumah.
Kondisi rumah Marcel foto detikcom
Keseluruhan penampakan depan rumah yang sejatinya bercat putih, baik tembok dan pagarnya itu, tampak kusam. Plafonnya sudah ambrol hingga terlihat kawat-kawat centang perenang dan papan tripleks mengelupas tak keruan.
Di dalam rumah, penampakan kusamnya semakin menjadi. Ada barang-barang rumah tangga seperti sepeda, TV tabung, kulkas, lemari, kasur yang sudah berhamburan isi busanya dan kucel seprainya, baju-baju dan kain berserakan plus bau apek yang menguar. Tak ada listrik, tak ada cahaya. Suram.
Kondisi rumah Marcel foto detikcom
Kondisi rumah Marcel foto detikcom
Penghuni rumah itu, Marcel, Soni (14) kakak Marcel, dan tantenya Desi (34) sudah dievakuasi ke tempat lebih baik oleh Dinas Sosial Kota Tangerang sejak Rabu (4/1) lalu. Demikian penuturan Tati Pratiwi, tetangga yang rumahnya persis terletak di sebelah kiri rumah Marcel.
"Sudah dibawa ke Dinas Sosial. Yang tinggal di rumah itu ada tiga orang: Sony, Marcel, sama bibinya Desi (34). Marcel anak paling kecil dari suami pertama ibunya. Umur Marcel sekarang 3,5 tahun, kalau Sony itu anak pertama, umurnya sekarang sudah 14 tahun," jelas Tati saat berbincang dengan detikcom.
Menurut Tati, ayah Marcel sudah meninggal. Sejak sang ayah meninggal, Marcel yang sejak lahir tinggal di rumah itu akhirnya ditinggalkan sang ibu, Anut Mariska (37). Dari 4 anak, Mariska hanya membawa anak kedua Reden (5) dan anak ketiga Chelsea (4,5).
Keterangan Tati itu juga dibenarkan Eriyanti (30), putri ketua RT setempat, yang rumahnya di sebelah Tati. Menurutnya, Mariska kini sudah menikah lagi.
"Ibunya punya anak 4, anak yang kedua sama ketiga dibawa. Ngaku sama suami barunya itu anaknya cuma ada dua. Nah, dua yang nggak diakuin ini tinggal sama bibinya itu, bibinya yang rada-rada nggak waraslah ya," tutur Eriyanti.
Sebenarnya, ayah Eriyanti saat itu sempat menanyakan kepada Mariska apakah sanggup merawat Marcel sekeluarnya dari rumah sakit setelah melahirkan. Saat itu Mariska mengatakan sanggup merawat anak bungsunya.
"Sudah buat surat pernyataan buat merawat, akhirnya suaminya yang kedua tahu kalau dia punya anak dua itu, dan setuju juga buat menyanggupi merawat," kisah Eriyanti.
Lantas, rumahnya yang ditempati Marcel sempat dirapikan oleh Mariska dan suami barunya. Kemudian, Marcel dan Soni ditinggalkan bersama tantenya. Mariska dan keluarga barunya tinggal di kawasan Kalideres. Saat Marcel baru dilahirkan, Mariska tetap berkunjung untuk mengontrol rumah dan anak-anaknya.
"Terus setelah itu 2 sampai 3 bulan ibunya ya sering datang ya, saat itu ibunya juga lagi hamil. Setelah melahirkan masih sempat datang, tapi lama-kelamaan nggak datang-datang lagi.
Marcel dan Soni akhirnya hanya ditinggal dengan tantenya, Desi, yang diduga memiliki penyakit jiwa. Hal ini lantaran dia dan warga kompleks sering mendapati Desi marah-marah tak keruan tanpa sebab. Perilaku Desi itu, lanjut Tati, mengubah perangai Marcel lantaran Desi disaksikan kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pada Marcel.
"Marcel itu sekarang cacat, cacat karena disiksa sama tantenya, padahal tadinya ramah, lama-lama jadi pendiam karena disiksa jadi begitu. Sejak kecil, sejak lahir Marcel memang sudah tinggal di sini, dititipin sama ibunya ke bibinya itu," tutur Tati.
Marcel didepan rumahnya
Lain halnya dengan Soni. Sang kakak yang sudah beranjak remaja ini bisa berontak bila diomeli tantenya. Soni juga kerap bertemu ibunya, Mariska. Bila hendak bertemu, Soni mengaku kepada Eriyanti selalu bertemu ibunya di kawasan Kebon Besar dan meminta ongkos.
"Saya nggak tahu masalah sering ketemunya, tapi dari Soni dia ngakunya begitu. Dia juga suka minta ongkos sama saya, kadang Rp 5.000, kadang Rp 7.000. Terus saya bilang, 'Ngapain ketemu sama ibu kamu Son, adik kamu itu nggak butuh materi, dia butuh kasih sayang dan perhatian. Bukan cuma adik kamu yang dua itu saja yang perlu diperhatiin.' Nah, sering saya omelin seperti itu, reaksinya dia (Soni) cuma diam saja," tutur Eriyanti.
"Kalau dikasih mamanya uang, katanya paling buat makan, terus beli susu buat Marcel. Saya sih kurang tahu ya, dulu dia bilang ibunya pernah datang tapi malam. Tetangga nggak ada yang tahu, ya saya juga nggak tahu ya, namanya malam, mungkin karena mamanya takut atau bagaimana," imbuhnya.
Tati juga mendapati terakhir kali Mariska datang pada suatu malam sekitar tahun 2016 lalu. Saat itu, Mariska berjanji akan membawa dua anak yang ditinggalkannya.
"Sejak anak-anaknya dititipkan sama bibinya, ia nggak pernah datang lagi. Pernah sekali malam-malam, omongnya anak-anak mau dibawa, sudah lama, setahun yang lalu, tapi nggak ada tindakannya, cuma ngomong doang," tutur Tati.
Menurut Eriyanti, setahun lalu juga, Marcel pernah mengalami gizi buruk. "Sempat dirawat juga tapi nggak sampai ke Kemensos. Dulu kasusnya cuma sampai pihak puskesmas, kecamatan, kelurahan, RT, RW jadi masih bisa ditangani," jelasnya.
Sehari-hari, tetangga seperti Tati dan Eriyantilah yang peduli pada Marcel. Namun, karena ada tante yang suka marah-marah tanpa sebab itu, tetangga melihat situasi untuk menolong Marcel.
"Bibinya itu sering kambuh, sering kumat. Kalau kumat, nyerang orang. Kadang si Marcel juga jadi sasaran kalau dia sedang kumat. Dari sejak lahir, Marcel sudah sering disiksa sama bibinya itu. Saya kalau cerita kisahnya si Marcel dari bayi itu sakit sendiri saya ingatnya, sedih. Tapi saya nggak bisa ngapa-ngapain saat dipegang sama bibinya. Cuma kalau bibinya nggak ada, saya berani nyamperin. Bibinya kadang sering keluyuran cari makanan, jadi pas bibinya nggak ada, baru deh saya bisa urusin si Marcel," ungkap Eriyanti.
Kali ini, saat Marcel berada di luar rumah, seorang tetangga bernama Eka Sukmawati merekam Marcel, mendeskripsikan kondisinya dan mengunggahnya ke Instagram. Respons pun berdatangan. Banyak yang ingin membantu Marcel hingga akhirnya Dinsos Tangerang hingga Mensos Khofifah Indar Parawansa turun tangan.
"Terus ada tetangga saya ini, mungkin iseng atau gimana kali ya, Mbak Eka itu kan. Dia memang sering lewat, tapi yang tahu persisnya itu kan saya. Pas kasus pertama (gizi buruk) itu juga saya yang ngebawa ke RS. Sudah saya laporin dari tahun lalu. Saya seperti keluarga mereka itu, saya juga merasa anak saya juga banyak, orang tuanya nggak ada ekonomi, mungkin nggak keurus kali ya," tutur Eriyanti, yang bersyukur karena Marcel bisa dibantu karena kasusnya bergaung di media sosial.
loading...
Silahkan Lihat Videonya Di bawah:
loading...
loading...