M Yamin tidak menyangka anaknya BR (17) diperlakukan kasar oleh empat gurunya berinisial SN alias Madam, HS, DE, dan HY. Padahal, BR terbilang siswa yang baik dan peduli di mata teman-teman sekolahnya di SMA 7 Palembang.
Yamin menuturkan, lantaran kaget mendengar tuduhan itu, dia menampar wajah anaknya hingga memar. Namun setelah diceritakan kejadian yang sebenarnya, Yamin sadar dan menyesal.
"Saya marah besar, karena itu bukan kenakalan siswa, tapi sudah kriminal. Ternyata, anak saya tidak melakukan seperti tuduhan itu, banyak saksi dan bukti CCTV jelas," ungkap Yamin, Kamis (8/9).
Menurut dia, selama mengenyam pendidikan di SMA 7 Palembang tidak pernah melakukan pelanggaran atau disiplin sekolah. Disinyalir, tudingan itu berawal dari adanya dendam pribadi oknum guru berinisial SN alias Madam yang merupakan guru mata pelajaran Bahasa Perancis.
Dendam itu muncul setelah BR menegur gurunya tersebut yang berbicara jorok dalam bahasa Bangka di hadapan siswa beberapa minggu sebelumnya.
"Kata anak saya, jangan ngomong jorok seperti itu bu. Ibu gurunya kaget kok tahu artinya. Anak saya bilang saya paham bahasa Bangka karena ibu saya juga orang Bangka," ujarnya.
Sejak saat itu, hubungan antara BR dan SN alias Madam mulai retak hingga berujung tuduhan mencuri helm dan pemberhentian sekolah. SN juga diduga memprovokasi guru-guru lain untuk memojokkan BR.
"Kemungkinan karena dendam pribadi, tapi apapun masalahnya jika anak saya tidak terbukti, jangan diintimidasi," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, BR (17) dipaksa mengaku telah mencuri helm yang berujung pemberhentian oleh empat gurunya yakni berinisial SN alias Madam, HS, DE, dan HY. Tudingan tersebut bermula saat seorang siswa kehilangan helm yang terparkir di SMA 7 yang berada di kawasan Jalan Takwa, Merah Mata, Kecamatan Kalidoni, Palembang, Kamis (26/5) lalu.
Kemudian, korban bersama empat rekannya dipanggil masuk ke ruang guru karena dituding sebagai pelakunya. Merasa tak pernah melakukan yang dituduhkan, korban pun membantah.
Bantahan itu juga diperkuat pernyataan empat teman sekelas korban.
Apalagi, korban bersama teman-temannya melihat pencuri helm tersebut adalah siswa kelas lain berinisial WR dan ER saat menuju musala pada jam istirahat. Meski demikian, BR tetap saja dituding guru-gurunya sebagai pencuri helm sehingga tak naik kelas. Malu dengan tudingan itu, BR pindah ke SMA di Bangka.
Sumber : merdeka.com
Silahkan Lihat Videonya Di bawah:
loading...
loading...