Kehidupan, kepribadian dan kebiasaan orang Batak sedikit banyak dipengaruhi oleh keadaan alam, silsilah marga yang mampu mengikat rasa persaudaraan yang tinggi, sumber daya alam dan beberapa faktor lainnya. Salah satu kebiasaan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang Batak adalah bernyanyi.
Orang Batak sering diidentikkan dengan dunia tarik suara. Sering dianggap pasti pandai bernyanyi. Walaupun sebenarnya tidak semua orang Batak pintar menyanyi. Memang harus diakui bahwa cukup banyak orang Batak yang pandai bernyanyi tampil di radio, televisi dan arena hiburan lainnya. Jika dibandingkan dengan suku lain, boleh dikatakan suku bangsa yang satu ini mempunyai segudang bibit penyanyi bertalenta tinggi. Lalu, kira-kira apa saja faktor penyebab orang Batak mempunyai kemampuan lebih, dalam hal berolah vokal ini?
Pertama, pada dasarnya orang Batak sudah suka mang-andung (bersenandung), kebiasaan itu sudah menjadi bagian hidup sehari-hari. Hal inilah yang mempengaruhi tingkat kemampuan orang Batak dalam bernyanyi.
Kedua, orang-orang Batak yang tinggal di daerah pengunungan sudah terbiasa sejak kecil bersuara keras bahkan berteriak. Itu disebabkan oleh jarak antar rumah di satu perkampungan saling berjauhan, sehingga untuk berkomunikasi dari satu rumah ke rumah yang lainnya harus dengan nada suara yang tinggi. Nah, akibat kebiasaan itulah maka orang Batak berproses secara alamiah memiliki warna suara khas dengan vokal suara yang tinggi.
Ketiga, dengan masuknya agama Kristen yang memberlakukan tata ibadah di gereja dengan perpaduan doa, khotbah dan nyanyian, termasuk paduan suara (koor) sehingga orang Batak bisa memaksimalkan modal suara kerasnya dengan bernyanyi menggunakan peralatan musik. Sedangkan untuk anak-anak juga dipersiapkan tata ibadah yang tidak lepas dari kegiatan bernyanyi.
Keempat, sejak dulu orang Batak sudah akrab dengan urusan tari-menari (seperti tor-tor), bernyanyi dan memainkan alat-alat musik seperti suling, gendang, gong yang menyatu dengan adat istiadat.
Kelima, peran burung pipit, si mungil pemakan biji padi ini juga diduga memberi pengaruh terhadap pita suara orang Batak, sebab burung mungil ini mengharuskan para petani beserta anak-anaknya untuk berteriak sekencang-kencangnya saat mengusir/menghalau burung tersebut agar tidak melahap biji padi yang mulai menguning.
Keenam, terbatasnya sumber dan arena hiburan seperti bioskop atau pagelaran budaya, memaksa orang Batak untuk menghibur diri dengan cara bernyanyi dengan atau tanpa alat musik seperti gitar.
Ketujuh, peran tuak (nira). Banyak yang mengakui setelah minum getah pohon enau ini, maka suara pun bisa lebih jernih dan mampu mencapai oktaf lagu yang lebih tinggi. Penggalan lirik lagu Lissoi, yang sudah dikenal hampir semua lapisan masyarakat ini, mungkin akan mempertegas fungsi tuak, dalam peranannya terhadap urusan tarik suara bagi orang Batak.
- Lissoi Lissoi Lissoi Lissoi
O parmitu lissoi lissoi
Lissoi Lissoi Lissoi Lissoi
Inum ma tuak mi Lissoi
Lissoi Lissoi Lissoi Lissoi
O parmitu lissoi lissoi
Lissoi Lissoi Lissoi Lissoi
Handitma galasmi Lissoi
Namun begitu, faktor-faktor di atas sepertinya sudah tidak memberikan dampak yang terlalu signifikan lagi. Saat ini telah banyak generasi muda Batak yang lahir dan tumbuh dewasa di kota-kota besar, namun tetap mampu mempertahankan citra bahwa orang Batak memang cemerlang dalam hal bernyanyi. Lalu apa komentar anda? (*) Oleh : Pebriaman Sidabutar
Silahkan Lihat Videonya Di bawah:
loading...
loading...