Search This Blog

Spanyol Kebanjiran Turis, Pekerja Hotel Hanya Bisa Meringis

On December 18, 2016 with No comments



Papita Garcia Lupianez (59), sudah 40 tahun bekerja di kota wisata Torremolinos di Costa del Sol.

Bekerja empat dekade di kawasan pesisir Spanyol yang menjadi incaran para wisatawan dunia itu ternyata tak membuat Papita kini berdiam diri.

Dia kini bahkan dikenal sebagai aktivis Comisiones Obreras (CCOO), yang memperjuangkan perbaikan hidup para pekerja di bidang pariwisata ini.

Papita memiliki kontrak kerja penuh waktu dengan gaji 1.300 euro atau sekitar Rp 18,2 juta sebulan. Jauh di atas upah minimum Spanyol yaitu 764,40 euro atau hampir Rp 11 juta.

"Saya sangat malu ketika bertemu kolegaa yang dipekerjakan para subkontraktor," ujar Pepita.

"Mereka punya kontrak bekerja selama enam jam sehari, kenyataannya mereka harus bekerja delapan hingga 10 jam," tambah dia.

Atasan mereka , lanjut Pepita, hanya mengatakan para pekerja itu baru boleh pulang jika sudah meyelesaikan pekerjaan mereka.

Keberhasilan Spanyol menjaring wisatawan asing ternyata tak selalu berimbas kepada sejumlah orang yang bekerja langsung di industri itu.

Mereka adalah para pelayan hotel yang merasa dibayar terlalu murah di tengah banjir 68 juta turis tahun lalu.

Selama tiga tahun berturut-turut, Spanyol terus kebanjiran turis, dan untuk melayani mereka maka sebanyak 100.000 orang bekerja sebagai pelayan hotel.

Namun, menurut serikat pekerja hotel, dalam dua tahun terakhir semakin banyak para pelayan hotel mempertanyakan kontrak kerja mereka.

Mereka juga semakin sering "mengadu" kepada pers tentang eksploitasi dan minimnya pendapatan di negeri ketiga di dunia yang paling banyak dikunjungi turis.

Alhasil pada pertengahan pekan lalu, para pekerja perhotelan ini, termasuk Pepita, menggelar aksi protes di kota Malaga.

Mereka menentang reformasi undang-undang tenaga kerja Spanyol yang disahkan pada 2012. Aturan baru itu membuat para pelayan hotel menerima gaji yang rendah.

Perubahan aturan ini membuat para pengusaha lebih mudah memberhentikan karyawan serta memperlemah kekuatan penawaran kolektif.

Akibat lain adalah berkembangnya peruahaan alih daya (outsourcing) yang memasok tenaga kerja khususnya di bidang kebersihan dengan biaya yang lebih murah.

"Banyak hotel sudah memberhentikan staf yang mereka rekrut dan beralih ke perusahaan outsourcing," kata Ernest Canada, penulis buku tentang para pelayan hotel.

Para pelayan yang bekerja di perusahaan-perusahaan alih daya tidak tercakup dalam kesepakatan kerja kolektif tentang staf rumah tangga.

Namun, mereka dimasukkan ke dalam sektor kebersihan yang mendapatkan upah 40 persen lebih rendah dari rekan mereka di bagian lain.
"Kami ingin katakan, hentikan eksploitasi!" kata Carolina Martin (46) pelayan sebuah hotel di kota Sevilla.

Saat ini Carolina tengah menggugat mantan perusahaannya terkait kondisi kerja yang buruk.

"Saya hanya menerima 700 euro sebulan untuk mengurus 400 kamar. Upah yang mereka berikan 2 euro lebih murah untuk tiap kamar yang kami bersihkan," tambah Carolina.

Kini Carolina bekerja di sebuah hotel bintang empat di kota Sevilla dan menerima gaji hanya 618 euro atau Rp 8,6 juta per bulan.

"Jadwal kerjanya membuat saya tertekan, di saat saya bekerja, saya hampir tak punya waktu untuk hanya pergi ke kamar mandi," tambah Carolina.

Namun, PM Spanyol Mariano Rajoy mempertahankan reformasi undang-undang tenaga kerja yang dimunculkan pemerintahannya.

Rajoy bersikukuh undang-undang baru itu mampu menurunkan angka pengangguran di Spanyol hingga di bawah 20 persen dari level 27 persen pada 2013.

Sektor perhotelan dan ritel di Spanyol memang menyumbangkan hampir separuh lapangan pekerjaan tahun ini.

Sayangnya, sebagian besar lapangan kerja itu bersifat sementara dan hal tersebut merupakan masalah besar.

Hal tersebut diakui Esther Rodriguez, pekerja di taman hiburan PortAventura di kota Tarragona.

"Ada banyak pekerja perempuan dri Maroko, Senegal, Nigeria, yang menerima gaji 300 euro lebih rendah dari kami," kata perempuan 54 tahun itu.

Sejauh ini belum ada tanggapan dari para pengusaha hotel dan tempat hiburan di Spanyol. Namun, upaya untuk memperbaiki kesejahteraan para pekerja ini terus berlangsung.

"Kami harus terus menekan para pemilik hotel," kata Angela (54) yang dipecat dari sebuah hotel besar karena menolak dipindahkan ke perusahaan  outsourcing.

Dia kini tengah melakukan berbagai lobi agar kondisi pekerja hotel dijadikan salah satu penilaian penentuan "bintang" bagi sebuah hotel.

Sumber : http://internasional.kompas.com/

Silahkan Lihat Videonya Di bawah:

loading...
loading...
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »