Memang Presiden keempat Indonesia ini, selain dikenal cerdas dan berwibawa, ia ahli dalam hal humor dan bercanda. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pernah menceritakan bagaimana ia mengingatkan temannya yang perokok berat buat berhenti.
Alkisah, semasa belajar di Mesir, Gus Dur punya teman asal Aceh, namanya Yas. Kamar mereka bersebelahan. Yas ini betul-betul perokok berat. Ke mana pun dia pergi, pasti di kantongnya selalu terselip dua bungkus rokok. Satu sudah dibuka, satu lagi buat cadangan.
"Bagi dia merokok itu jangan sampai ketelatan. Makanya si Yas selalu bawa dua bungkus," kata Gus Dur di buku Ger-Geran bersama Gus Dur: Edisi Spesial Mengenang Gus Dur.
Saking sayangnya pada temannya ini, Gus Dur menasihatinya, "Yas, apa kamu enggak pernah baca tulisan di majalah bahwa tiap satu batang rokok itu bisa memendekkan umur 30 detik?"
Enteng saja Yas menggeleng. "Belum tuh..."
"Lho, kamu ini gimana. Sekarang coba kamu itung sudah berapa tahun umurmu diperpendek oleh rokok itu," kata Gus Dur sengit.
Sambil menyulut sebatang lagi, Bung Yas menimpali, "Ya, tapi kalau saya enggak merokok, besok saya bisa mati."
Susah memang menasihati perokok berat.
(Mungkin dalam hati beliau : kok bisa nggak merokok malah mati...?) Hahaha, jadi kesel kalau menasehati orang seperti ini. Udah berusaha bawa nasehat disertai data, eh malah dikacangin.
Ada lagi suatu hari, saat Alm Gus Dur muda masih mondok, di pesantren Tambak Beras asuhan Kiai Fattah
“Para santri dilarang keras merokok!” begitulah aturan yang berlaku di semua pesantren, termasuk di pesantren tempat Gus Dur pernah nyatri ini. Tapi, namanya santri, kalau tidak bengal dan melanggar aturan rasanya kurang afdhol.
Suatu malam, tutur Gus Dur, listrik di pesantren itu tiba-tiba padam. Suasana pun jadi gelap gulita. Para santri ada yang tidak peduli, ada yang tidur tapi ada juga yang terlihat jalan-jalan mencari udara segar.
Di luar sebuah rumah, ada seseorang sedang duduk-duduk santai sambil merokok. Seorang santri yang kebetulan melintas di dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di tengah kegelapan itu.
“Nyedot, Kang?” sapa si santri sambil menghampiri “senior”-nya yang sedang asyik merokok itu. Langsung saja orang itu memberikan rokok yang sedang dihisapnya kepada sang “yunior”. Saat dihisap, bara rokok itu membesar, sehingga si santri mengenali wajah orang tadi.
Saking takutnya, santri itu langsung lari tunggang langgang sambil membawa rokok pinjamannya. “Hai, rokokku jangan dibawa!” teriak Kiai Fatta.
Silahkan Lihat Videonya Di bawah:
loading...
loading...