Pendidikan adalah sesuatu yang penting dan harus diperjuangan. Tak peduli dengan kondisi ekonomi, banyak cara yang dilakukan untuk mewujudkan cita-cita sang buah hati.
Hal ini dibuktikan oleh Misianto. Meski hanya berprofesi seorang pemulung, dia berhasil mengantarkan putrinya memperoleh gelar sarjana. Tak hanya itu, sang putri juga mendapat predikat cum laude atau memuaskan.
Adalah Firna Larasanti, mahasiswi Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Semarang (UNNES) berhasil menuntaskan pendidikannya dan meraih IPK 3,77.
Inilah kisah semangat tak pantang surut Firna
Pangkat Saya Hanya Tukang Rongsok
Dilansir situs resmi Universitas Negeri Semarang (UNNES), Firna melakukan wisuda bersama 1.460 mahasiswa yang telah lulus dari berbagai program studi (prodi) diploma, sarjana, master dan doktor dan diwisuda oleh Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman MHum, di Auditorium UNNES kampus Sekaran Gunungpati, Rabu 27 Juli 2016.
Melihat sang anak berhasil lulus dengan predikat cumlaude, Misianto merasa sangat bangga.
“ Saya bangga dan tadi sempat menangis sama ibu, karena sebagai orang tua, pangkat saya ini hanya tukang rosok. Kok anak bisa berhasil seperti ini,” ujar Misianto.
Ayah Cuma Punya Penghasilan Rp 50 Ribu
Uang Rp 50 Ribu Sehari
Misianto, ayah Firna, bekerja sebagai pemulung sejak 1993 lalu. Saban hari ia mencari rongsok dari kampung ke kampung, mulai dari Mapagan, Ungaran, Gunungpati, Sekaran, dan sekitarnya. Setelah rongsok terkumpul ia dibantu istrinya, Siti Mastianah, dan ketiga anaknya, termasuk Firna.
Dari hasil gotong royong sekeluarga, mereka biasanya mendapat uang Rp50 ribu per hari. Nominal yang jauh dari cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan tiga anak ini. Apalagi, keluarga ini juga harus menanggung sewa lahan rumah mereka yang berdiri di atas tanah bondo desa. Setiap tahun mereka harus membayar Rp125 ribu per tahun.
Meski kondisi ekonomi keluarganya tak cukup baik, Firna memasang target optimistis sejak awal. Bagaimana pun caranya, ia harus kuliah. Dia bahkan siap membagi waktu dengan bekerja paruh waktu seperti yang telah dilakukannya saat masih SMA.
Sempat Mau Berhenti Kuliah
“ Dulu biasa kerja sambilan. Kadang jadi penjaga toko, kadang jadi pelayan di rumah makan. Yang penting halal,” katanya.
Harapan Firna terjawab ketika ia memperoleh beasiswa Bidikmisi, beasiswa bagi siswa berpestasi dari keluarga tidak mampu. Dengan beasiswa ini, ia bisa kuliah gratis. Ia juga menerima uang saku Rp600 ribu per bulan untuk biaya transportasi, jajan, dan buku.
“ Dulu bapak pernah bilang, kalau memang harus berhenti kuliah ya berhenti. Tapi alhamdulillah, bidikmisi mengatasi biaya itu,” katanya.
Ingin Kuliah Lagi ke Singapura
Ibunya juga selalu memberi dukungan moril. Di sela-sela aktivitas memilah rongsok, Siti sering memberi nasihat agar Firna kuat. Dia ingin Firna bisa sukses, menjadi anak yang berguna bagi sesama manusia.
Kini, Firna dan keluarganya merasa lega. Pendidikan S1 yang diimpikannya sudah tercapai. Namun itu bukan target tertingginya. Usai wisuda ia akan segera “ tancap gas” agar bisa melanjutkan studi lanjut ke program master.
“ Saya ingin ngajar, menjadi dosen. Makanya saya harus kuliah lagi. Kalau tidak ke UGM, saya pengin kuliah di National University of Singapure,” katanya. Dengan prestasi yang diraihnya, ia optimis bisa masuk ke salah satu dari dua universitas dambaannya.
Silahkan Lihat Videonya Di bawah:
loading...
loading...